Senin, 05 Oktober 2009

Kisah Seorang Pengais Nafkah


Jumadi... Begitulah kebanyakan orang menyapa serta memanggil pedagang kakilima di alun-alun kota Rembangini, meski tiap hari harus mengais uang receh dari orang - orang yang lewat di sekitar alun-alun kota Rembang, berpayung langit dan beralaskan konblock tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menyesali kehidupannya, malah justru sebaliknya ia sangat bangga dengan pekerjaannya itu, meski menurut sebagian orang pekerjaannya itu pekerjaan yang kurang pantas... berjiwa besar, serta konaah (nerimo ing pandum) jiwa inilah yang layak kita tiru dari sosok Jumadi seorang pedagang barang bekas.
"yah... itu kan kata mereka yang belum tahu bahwa pekerjaan ini sebenarnya menawarkan keuntungan yang cukup luar biasa" begitu tandasnya sambil tertawa lebar.bagaimana tidak... dari pekerjaan ini ia mampu menikah dengan dua orang wanita dan memiliki tiga orang anak.

jika kita kaji lebih jauh memang pekerjaan jumadi ini yaitu berjualan barang bekas mempunya pangsapasar yang cukup baik di daeranh Kab. Rembang, mengingat belum ada orang yang mengambil posisi ini, sedangkan perekonomian rembang bisa dibilang perekonomian menengah kebawah, sehingga masyarakat kurang memperhatikan kualitas, titik berat masyarakat adalah pada murahnya harga.

Hanya saja seringkali pemerintah negeri ini kurang tanggap terhadap hal semacam itu, sehingga yang terjadi pengusaha-pengusaha semacam jumadi ini berurusan dengan polisi pamong praja sebagai aparat penertiban kota, pemerintah negeri ini lebih suka menggadaikan nasib pengusaha-pengusaha muda seperti jumadi, hanya dengan alasan untuk kebersihan dan keindahan kota, pemerintah telah melupakan bahwa sesungguhnya dari merekalah perekonomian bergerak, karena mereka memiliki secerca harapan atas jiwa pantang menyerahnya.

Hal itu dituturkan jumadi disela - sela pertemuanya dengan kami ditempat ia membuka lapaknya yaitu di alun-alun kota Rembang, ia sangat lugas sekali membeberkan rahasianya bisa menjual dengan harga murah bahkan sampai ditunjukkan tempat ia mengambil barang, hal ini sangat jarang sekali kita temukan pada pedagang - pedangang lain, pada umumnya para pengusaha merahasiakan trik untuk bisa menjual murah apalagi sampai menunjukkan tempat pengambilan barangnya.

jiwa tidak minder dan pantang menyerah seperti inilah yang sebenarnya perlu untuk dimiliki oleh kaum pengusaha muda indonesia dimasa depan, sosok seperti Jumadi dewasa ini mulai sulit ditemukan kebanyakan dari kaum muda anak bangsa kita setelah menyelesaikan pendidikannya dibangku sekolah tujuannya adalah melamar pekerjaan kesebuah badan usaha atau kalau bisa jadi pegawai negeri sipil, jarang sekali bahkan hampir tidak ada dari anak bangsa kita ini yanbg setelah tamat sekolah ingin menjadi pengusaha, kalaupun toh ada bukannya menjadi pengusaha yang membumi melainkan menjadi pengusaha yang melangit, artinya punya konsep dan keinginan yang tinggi untuk jadi pengusaha namun hanya sebatas konsep dan angan - angan, sehingga yang sering terjadi adalah malu jika harus melakukan aktivitas yang sifatnya terjun kelapangan (seperti yang dilakukan Jumadi) kebanyakan dari anak bangsa kita berangan -angan bahwa pengusaha itu duduk manis diruang ber-AC, ya mana ada...??? mungkin bisa saja terjadi tapi hal itu hanya akan terjadi jika kemampuan untuk menjadi pengusaha itu merupakan kemampuan turunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar