sangat ironis sekali jika pendidikan di negeri ini dikatakan tidak menghasilkan output yang baik, lebih layak jika dikatakan telah berhasil namun perlu mendapatkan perlakuan yanmg khusus untuk mencapai perubahan yang akan berdampak bagi kehidupan berbangsa dan bertanah air, seperti yang pembaca lihat pada artikel sebelum tulisan ini di up-load yang di tulis oleh reizka kh nisa, begitulah wacana yang berkembang dalam benak sarjana - sarjana muda kita, meskipun tidak semuanya namun paling tidak itu dapat menjadi wakil dari bebrapa sarjana muda negeri ini yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.
sebenarnya apa yang terjadi tersebut lumrah saja, karena memang selama ini kurikulum pendidikan negeri ini mengajrkan serta mendidik anak didiknya untuk mendadi tenaga profesianal yang siap bekerja di sejumlah lapangan kerja yang telah tersedia, sebenarnya hal ini akan menjadi lebih baik lagi jika nuansa pendidikan negeri ini diberi sedikit simultan, yang berupa penanaman karakteristik enterpreneur dalam jiwa bangsa ini, sehingga sarjana - sarjana yang dihasilkan nantinya tidak hanya mampu bekerja disejumlah lapangan pekerjaan namun juga mampu mencitakan sejumlah lapangan pekerjaan, yang pada akhirnya akan berujung memperingan beban pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
kemampuan melakukan sesuatu berawal dari bagaimana seseorang memikirkan sesuatu itu, jika kita telah mampu untuk membuat warga negeri ini pada umumnya dan para sarjana muda negeri ini pada khususnya untuk bukan hanya sekedar berpikir bagaimana mencari pekerjaan namun juga berpikir bagaimana menciptakan pekerjaan niscaya kemajuan kan segera kita capai.
hal inilah yang kami harapkan dan akan senantiassa kami usahakan, menciptakan pengusaha - pengusaha baru dengan jalan memberikan simultan serta sentuhan khusus pada dunia pendidikan negari ini untuk tidak hanya menyiapkan lulusan yang siap bekerja namun juga siap untuk menciptakan lapangan pekerjaan, salah satu langkahnya adalah dengan memperbaiki serta menambahkan kurikulum pendidikan negeri ini dengan meteri - meteri enterpreneurship, SALAM PERJUANGAN...
Sabtu, 21 Maret 2009
Selasa, 10 Maret 2009
Kampus dan Sekolah pabrik Produksi Pengangguran Masal
Diposkan oleh Reizka KH Nisa | 21:29
Disadari ato tidak Kampus maupun sekolah memproduksi ribuah calon kader-kader cerdas bangsa penerus profesi pengangguran abadi setiap tahunnya. Ini fakta bisa kita liat dengan mata TELANJANG kalo fenomena ini bener-bener ada dan nisa juga tidak sedang meng-ada-ada. Berbagai daya dan upaya di usahakan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran, tapi apa daya jumlah pengangguran lebih banyak dari jumlah lapangan kerja yang ada. Sarjana saja menganggur bagaimana dengan nasib tamatan SMA.
Status sarjana tidak 100% menjamin masih depan menjadi lebih baik. Jika kita hanya satu-satunya mengandalkan Nilai dari ijazah dan tidak mempunyai keterampilan lainnya, lebih celaka lagi nilai ijazah yang menjadi andalan jeblok/jelek IP jauuhhhhh dibawah standar weleh…weleh... Jika lowongan kerja menjadi satu-satunya harapan kita…. Sementara jumlah lapangan kerja yang ada juga sangat-sangat terbatas jumlahnya, TEORI yang kita dapat dari kampus tidak bisa kita terapkan secara mentah-metah setelah kita lulus dan kembali ke masyarakat, cukupkah pengangguran kita selesaikan dengan TEORI_TEORI yang kita dapat di KAMPUS, mencari pekerjaan tidak jauh dari tujuan utama yakni mencari uang, tapi apakah menjadi karyawan adalah satu-satunya solusi untuk mencari uang. Pertanyaannya bagaimana jika kita belum mendapatkan pekerjaan, sampai kapankah menunggu pekerjaan yang belum jelas kapan datang waktuya, atau selamanya menjadi SPAI (Sarjana Pengangguran Abadi Indonesia) penerus Bangsa.
Disadari ato tidak Kampus maupun sekolah memproduksi ribuah calon kader-kader cerdas bangsa penerus profesi pengangguran abadi setiap tahunnya. Ini fakta bisa kita liat dengan mata TELANJANG kalo fenomena ini bener-bener ada dan nisa juga tidak sedang meng-ada-ada. Berbagai daya dan upaya di usahakan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran, tapi apa daya jumlah pengangguran lebih banyak dari jumlah lapangan kerja yang ada. Sarjana saja menganggur bagaimana dengan nasib tamatan SMA.
Status sarjana tidak 100% menjamin masih depan menjadi lebih baik. Jika kita hanya satu-satunya mengandalkan Nilai dari ijazah dan tidak mempunyai keterampilan lainnya, lebih celaka lagi nilai ijazah yang menjadi andalan jeblok/jelek IP jauuhhhhh dibawah standar weleh…weleh... Jika lowongan kerja menjadi satu-satunya harapan kita…. Sementara jumlah lapangan kerja yang ada juga sangat-sangat terbatas jumlahnya, TEORI yang kita dapat dari kampus tidak bisa kita terapkan secara mentah-metah setelah kita lulus dan kembali ke masyarakat, cukupkah pengangguran kita selesaikan dengan TEORI_TEORI yang kita dapat di KAMPUS, mencari pekerjaan tidak jauh dari tujuan utama yakni mencari uang, tapi apakah menjadi karyawan adalah satu-satunya solusi untuk mencari uang. Pertanyaannya bagaimana jika kita belum mendapatkan pekerjaan, sampai kapankah menunggu pekerjaan yang belum jelas kapan datang waktuya, atau selamanya menjadi SPAI (Sarjana Pengangguran Abadi Indonesia) penerus Bangsa.
Rabu, 04 Maret 2009
Tugas yang Terlupakan
Sebagai wakil kita di parlemen DPR kita sering melupakan tugas pokoknya sebagai politik budget, pengawasan, dan legitimasi.
sebagai badan yang memegang fungsi politik budget seharusnya para anggota dewan sebelum menentukan dan memutuskan budget/anggaran terhadap suatu proyek seharusnya mereka melakukan cek kelapangan, apakah program itu layak untuk didanai atau tidak dan kalau memeng layak berapa, tidak hanya asal memutuskan anggaran saja, akhirnya seringkali kita jumpai anggaran yang tidak sesuai dengan proyek yang diadakan.
fungsi DPR yang kedua adalah sebagai pengawas, hal inipun nampaknya juga terlupakan oleh para wakil kita di dewan, merka sebuk dengan urusan masing - masing sehingga lupa akan tugas mereka sebagai wakil rakyat, ketika program telah disepakati untuk dijalankan dengan anggaran tertentu, lantas mereka lupa untuk mengawasi jalannya progran itu sehingga seringkali kita jumpai program yang kurang tepat sasaran atau dengan bahasa lain asal kelihatan tanpa memperhatikan mutu.
selai berfungsi sebagai politik budget, dan pengawas DPR juga memegang fungsi sebagai legitimate. sebagai pemegang fungsi legitimasi seringkali kita dapati kebijakan-kebijakan yang mereka ammbil justru menguntungkan para pembesar dan melupakan rakyat yang telah memilih dan memberikan keprcayaan kepada mereka mereka.
sebuah fenomena yang sangat ironis tentunya, halinilah yang akan di benahi oleh caleg PKB Imam Islahuddin, mengembalikan kesadaran para anggota DPR akan ketiga fungsi mereka, jika ketiga fungsi ini telah berjalan dengan semestinya maka akan menjadi aneh bila kesejahteraan masyarakat tidak meningkat.
sebagai badan yang memegang fungsi politik budget seharusnya para anggota dewan sebelum menentukan dan memutuskan budget/anggaran terhadap suatu proyek seharusnya mereka melakukan cek kelapangan, apakah program itu layak untuk didanai atau tidak dan kalau memeng layak berapa, tidak hanya asal memutuskan anggaran saja, akhirnya seringkali kita jumpai anggaran yang tidak sesuai dengan proyek yang diadakan.
fungsi DPR yang kedua adalah sebagai pengawas, hal inipun nampaknya juga terlupakan oleh para wakil kita di dewan, merka sebuk dengan urusan masing - masing sehingga lupa akan tugas mereka sebagai wakil rakyat, ketika program telah disepakati untuk dijalankan dengan anggaran tertentu, lantas mereka lupa untuk mengawasi jalannya progran itu sehingga seringkali kita jumpai program yang kurang tepat sasaran atau dengan bahasa lain asal kelihatan tanpa memperhatikan mutu.
selai berfungsi sebagai politik budget, dan pengawas DPR juga memegang fungsi sebagai legitimate. sebagai pemegang fungsi legitimasi seringkali kita dapati kebijakan-kebijakan yang mereka ammbil justru menguntungkan para pembesar dan melupakan rakyat yang telah memilih dan memberikan keprcayaan kepada mereka mereka.
sebuah fenomena yang sangat ironis tentunya, halinilah yang akan di benahi oleh caleg PKB Imam Islahuddin, mengembalikan kesadaran para anggota DPR akan ketiga fungsi mereka, jika ketiga fungsi ini telah berjalan dengan semestinya maka akan menjadi aneh bila kesejahteraan masyarakat tidak meningkat.
Problematika Rembang
Rembang sebagai kawasan yang secara geografis terletak di pesisir pantai utara selama ini memiliki segudang permaslahan publik yang hingga kini belum dapat terselesaikan, kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan,membuat semakin banyak masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan, ditambah pula dengan kebijakan pemerintah yang kurang memihak pada rakyat, selain itu mahalnya layanan kesehatan juga turut andil menambah beban masyarakat, belum lagi sederetan masalah yang lain seperti kurangnya ketersediaan air bersih, kurangya subsidi pemerintah untuk petani dan lain sebagainya.
Permasalahan memang takkunjung usai, namun bukan berarti tidak ada jalan keluar atas permasalahan itu, dalam masalah keterbatasan lapangan pekerjaan misalnya, ada sebuah tawaran menarik yang mungkin dapat kita jadikan rujukan berpikir bersama, bahwa dalam rangka menyedikan lapangan pekerjaan PKB melalui calegnya Imam Islahuddin menawarkan sebuah resolusi yang mungkin belum peernah terpikirkan oleh kita.
penyediaan lapangan pekerjaan bukan hanya tergantung pada pemerintah, namun sebenarnya masyarakat sendiri bisa melakukannya sendiri tanpa harus menunggu pemerintah, bukan berarti pemerintah tidak turut ambil bagiannya melainkan disamping pemerintah berusaha membuka lapangan pekerjaan baru pemerintah juga bisa memberikan stimulan kepada mayarakat untuk bisa membuka lapangan pekerjaan atau dengan bahasa lain menciptakan pengusaha - pengusaha muda.
berapapun permodalan yang di kucurkan tetap saja akan mendeg menjadi kredit yang tak terbayar, sebab permasalahan sebenarnya bukanlah hanya kurangnya permodalan namun juga kurang pahamnya masyarakat terhadap apa yang hendak mereka lakukan terhadap permodalan yang dikucurkan itu, dan ujung-ujungya hanya digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan.
itulah yang mencoba ditawarkan Imam Islahuddin sebagai caleg PKB Dapil II, selain menyiapkan dan memberikan permodalan, langkah yang juga perlu disiapkan untuk mengatasi permasalahan kurangnya lapangan pekerjaan adalah selain dengan mendorong pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan baru, juga berusaha menciptakan pengusaha - pengusaha muda. menciptakan jiwa -jiwa enterpreneurshiplah solusi yang kami tawarkan, sehingga ketika enterpreneurship ini telah tercipta tugas pemerintah adalah menyediakan fasilitasnya berupa permodalan dan kebijakan serta perundang - undangan yang memihak pada rakyat.
Permasalahan memang takkunjung usai, namun bukan berarti tidak ada jalan keluar atas permasalahan itu, dalam masalah keterbatasan lapangan pekerjaan misalnya, ada sebuah tawaran menarik yang mungkin dapat kita jadikan rujukan berpikir bersama, bahwa dalam rangka menyedikan lapangan pekerjaan PKB melalui calegnya Imam Islahuddin menawarkan sebuah resolusi yang mungkin belum peernah terpikirkan oleh kita.
penyediaan lapangan pekerjaan bukan hanya tergantung pada pemerintah, namun sebenarnya masyarakat sendiri bisa melakukannya sendiri tanpa harus menunggu pemerintah, bukan berarti pemerintah tidak turut ambil bagiannya melainkan disamping pemerintah berusaha membuka lapangan pekerjaan baru pemerintah juga bisa memberikan stimulan kepada mayarakat untuk bisa membuka lapangan pekerjaan atau dengan bahasa lain menciptakan pengusaha - pengusaha muda.
berapapun permodalan yang di kucurkan tetap saja akan mendeg menjadi kredit yang tak terbayar, sebab permasalahan sebenarnya bukanlah hanya kurangnya permodalan namun juga kurang pahamnya masyarakat terhadap apa yang hendak mereka lakukan terhadap permodalan yang dikucurkan itu, dan ujung-ujungya hanya digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan.
itulah yang mencoba ditawarkan Imam Islahuddin sebagai caleg PKB Dapil II, selain menyiapkan dan memberikan permodalan, langkah yang juga perlu disiapkan untuk mengatasi permasalahan kurangnya lapangan pekerjaan adalah selain dengan mendorong pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan baru, juga berusaha menciptakan pengusaha - pengusaha muda. menciptakan jiwa -jiwa enterpreneurshiplah solusi yang kami tawarkan, sehingga ketika enterpreneurship ini telah tercipta tugas pemerintah adalah menyediakan fasilitasnya berupa permodalan dan kebijakan serta perundang - undangan yang memihak pada rakyat.
Minggu, 01 Maret 2009
sang jendral turun gunung
saat negara sedang memerlukan sang pemimpin, ditengah pergolakan politik negeri yang hendak meminang sang presiden, ditengah pertempuran adu visi misi, sang jendralpun muncul kembali karena merasa punya tanggung jawab terhadap kemerdekaan yang telah ia perjuangkan dahulu, indonesia raya, ya... negeri indonesia tercinta, yang dahulu disemai dengan butiran - butiran keringat dan disirami dengan cucuran air mata serta keringat kini menjadi ajang perebutan kekuasaan, nama, serta kepentingan, rakyatpun seakan menghilang dari permukaan tertelan ombak politik yang selalu memihah pada pemeran polotik. inilah yang membuat sang jendral merasa harus segera turun gunung untuk meluruskan cita - cita kemerdekaan yang telah menyimpang. Naga Bonar sebut saja dia Naga Bonar, setelah menyampaikan saran serta usulan melaluai tayangan layar kaca tentang hendak kemana sebaiknya negeri ini, dan ternyata sang presiden tak mengerti juga akhirnya jalan terakhir ia harus turun sendiri, kembali bertempur dalam kanca politik. "bagaimana korupsi akan biasa diberantas, sedangkan yang mau memberantas pernah terjerat kasus yang sama" ungkapnya disalah satu stasiun televisi suasta.terlalu banyak sudah politikus dinegeri ini, sehingga negeri tak ubahnya kanfas tempat pelukis menorehkan karyanya, sehingga lupa kepada siapa karya itu akan di persembahkan, tujuan utama hanyalah mengejar target berupa jumlah, siapa yang bisa melukis paling banyak ialah pemenang lomba, bukan lagi siapa lukusannya yang paling bagus. semoga sang jendral yang baru turun gunung ini mampu memberi nilai yang berbeda dengan para pelukis-pelukis yang telah menyesaki antrian untuk duduk di singgasana kerajaan indinesia raya...
Langganan:
Postingan (Atom)